Monday, 29 September 2014

BAB 3: KARMA-YOGA

Sloka 3. 37

sri-bhagavan uvaca

kama esa krodha esa

rajo-guna-samudbhavah

mahasano maha-papma

viddhy enam iha vairinam


Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Wahai arjuna, hanya hawa nafsu saja, yg dilahirkan dari hubungan dengan sifat nafsu material dan kemudian diubah menjadi amarah, yg menjadi musuh dunia ini. Musuh itu penuh dosa dan menelan segala sesuatu.


PENJELASAN: Apabila makhluk hidup mengadakan hubungan dengan ciptaan material, maka cinta kasih yg kekal dalam hatinya terhadap Krishna diubah menjadi hawa nafsu, berhubungan dengan sifat nafsu. Atau, dengan kata lain, rasa cinta-bhakti kepada Tuhan diubah menjadi hawa nafsu, seperti halnya susu akan berubah bila berhubungan dengan asam hingga menjadi susu asam. Kemudian sekali lagi, apabila hawa nafsu tidak dipuaskan, nafsu berubah menjadi amarah; amarah diubah menjadi khayalan, dan khayalan melanjutkan kehidupan material. Karena itu, hawa nafsu adalah musuh yg paling besar bagi makhluk hidup, dan hanya hawa nafsu saja yg mendorong makhluk hidup yg murni supaya dia tetap terikat di dunia material. Amarah adalah manifestasi dari sifat kebodohan; sifat-sifat tersebut mewujudkan diri sebagai amarah dan hal lain-lain sehubungan dengan itu. Karena itu, kalau sifat-sifat nafsu dijaga agar tidak merosot menjadi sifat kebodohan, melainkan diangkat hingga mencapai sifat kebaikan dengan cara hidup dan bertindak sesuai yg dianjurkan, maka dengan ikatan rohani seseorang dapat diselamatkan dari kemerosotan amarah.
     Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa menjelma menjadi banyak untuk kebahagiaan rohani Beliau yg senantiasa meningkat, dan para makhluk hidup adalah bagian dari kebahagiaan rohani tersebut yg mempunyai sifat yg sama seperti kebahagiaan rohani itu. Para makhluk hidup juga juga mempunyai kebebasan sebagian, tetapi dengan menyalahgunakan kebebasannya, apabila sikap pengabdian diubah menjadi kecenderungan untuk kenikmatan indria-indria, mereka dikuasai oleh nafsu. Ciptaan material ini diciptakan oleh Tuhan untuk memberikan fasilitas kepada roh-roh yg terikat untuk memenuhi kecenderungan-kecenderungan yg penuh nafsu tersebut, dan apabila mereka dibingungkan sepenuhnya karena kegiatan hawa nafsu yg sudah lama dilakukan, maka mereka mulai bertanya tentang kedudukannya yg sejati.
    Pertanyaan tersebut adalah awal Vedanta-sutra. Dalam Vedanta-sutra dinyatakan, athato brahma-jijnasa: sebaiknya seseorang bertanya tentang Yang Mahakuasa. Yang Mahakuasa didefinisikan dalam Srimad-Bhagavatam sebagai janmady asya yato ‘nvaitaratas ca, atau, “Sumber segala sesuatu adalah Brahman Yang Paling Utama.” Karena itu, sumber nafsu juga berada di dalam Yang Mahakuasa karena itu kalau nafsu diubah menjadi cinta-bhakti kepada Yang Maha Kuasa, atau diubah menjadi kesadaran Krishna—atau, dengan kata lain, menginginkan segala sesuatu demi Krishna—maka nafsu dan amarah dapat dirohanikan. Hanuman, hamba Sri Rama yg mulia, memperlihatkan amarah dengan cara membakar kota emas milik Ravana, tetapi dengan melakukan demikian dia menjadi penyembah Tuhan yg paling mulia. Di sini pula, dalam Bhagavad-gita, Krishna menyuruh Arjuna menggunakan amarahnya terhadap musuhnya demi kepuasan Krishna. Karena itu, apabila nafsu dan amarah digunakan dalam kesadaran Krishna, maka nafsu dan amarah tidak menjadi musuh kita, melainkan menjadi kawan.

0 comments:

Post a Comment

 
Free Website templatesFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesSEO Web Design AgencyMusic Videos OnlineFree Wordpress Themes Templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree Web Templates